Selasa, 05 Januari 2010

Meru



Meru merupakan salah satu bangunan suci umat Hindu di Bali, yang sangat agung, megah dan monumental, sarat dengan kandungan makna simbolis dan kekuatan religius. Meru dijumpai pada pura-pura besar di Bali dengan ciri khasnya adalah atapnya yang bertumpang tinggi.

Meru tidak hanya dijumpai di pura-pura di Bali, tapi juga pada upacara-upacara ngaben (kremasi) di Bali sebagai wadah sawa atau watang (mayat) pada upacara pitra yadnya. Apa sesungguhnya makna dan fungsi, serta bagaimana tata letak, bentuk, sampai ornamen meru?

MERU dibangun berdasarkan pada keakuratan proporsi, logika teknik konstruksi dan keindahan ragam hias, yang berpegang teguh kepada kearifan lokal arsitektur tradisional Bali seperti Hasta Kosala Kosali, Hasta Bumi, Lontar Andha Buana, Lontar Jananthaka, dll. Konstruksi meru merupakan konstruksi tahan gempa yang telah teruji keandalannya. Gempa yang sangat dahsyat dengan kekuatan yang sangat besar yang pernah terjadi di Bali (seperti di Seririt, Buleleng), dimana bangunan konstruksi modern banyak yang roboh, namun bangunan-bangunan suci di Bali -- khususnya meru -- masih berdiri dengan kokoh, kuat, stabil, dan tegak.

Makna dan Fungsi Meru

Meru, didasarkan kepada kutipan yang tercantum pada lontar-lontar warisan leluhur seperti Lontar Andha Bhunana, mengandung makna simbolis atau filsafat sbb.;

Matang nyan meru mateges, me, ngaran meme, ngaran ibu, ngaran pradana tattwa; muah ru, ngaran guru, ngaran bapa, ngaran purusa tattwa, panunggalannya meru ngaran batur kalawasan petak. Meru ngaran pratiwimbha andha bhuana tumpangnya pawakan patalaning bhuana agung alit.

Artinya, "Oleh karena itu meru berasal dari kata me, berarti meme = ibu = pradana tattwa, sedangkan ru berarti guru = bapak = purusa tattwa, sehingga meru berarti batur kelawasan petak (cikal bakal leluhur). Meru berarti lambang atau simbol alam semesta, tingkatan atapnya merupakan simbol tingkatan lapisan alam yaitu bhuana agung dan bhuana alit".

Jadi, berdasarkan keterangan dalam Lontar Andha Bhuana tersebut, meru memiliki dua makna simbolis yaitu meru sebagai simbolisasi dari cikal bakal leluhur dan simbolisasi atau perlambang dari alam semesta. Lebih lanjut diuraikan, meru punya dua makna sbb.;

1. Meru sebagai perlambang atau perwujudan dari Gunung Mahameru -- gunung adalah perlambang alam semesta sebagai stana para Dewata, Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) atau Papulaning Sarwa Dewata. Meru mempunyai makna simbolis dari gunung juga diuraikan dalam Lontar Tantu Pagelaran, Kekimpoi Dharma Sunia dan Usana Bali.
Dalam hal ini, meru sebagai Dewa Pratista -- berfungsi sebagai tempat pemujaan atau pelinggih para Dewa. Meru sebagai Dewa Pratista terdapat dalam kompleks pura seperti Pura Sad Kahyangan, Kahyangan Jagat dan Kahyangan Tiga.

2. Meru melambangkan "Ibu" dan "Bapak" sebagaimana diuraikan dalam Lontar Andha Bhuana. Ibu mengandung pengertian Ibu Pertiwi yaitu unsur pradhana tattwa dan Bapak mengandung makna "Aji Akasa" yaitu unsur purusa tattwa. Manunggalnya pradhana dan purusa itulah merupakan kekuatan yang maha besar yang menjadi sumber segala yang ada di bumi. Inilah yang merupakan landasan bahwa meru berfungsi sebagai tempat pemujaan roh suci leluhur di kompleks pura-pura Pedarman Besakih. Di sini, meru sebagai Atma Pratista yaitu berfungsi sebagai tempat pemujaan roh suci leluhur atau sebagai stana Dewa Pitara.

Berdasarkan uraian itu, kesimpulannya, meru bermakna sebagai perlambang Gunung Mahameru, perlambang Tuhan Yang Maha Esa (alam semesta) dan "Ibu Bapak" (purusa pradhana), berfungsi sebagai tempat pemujaan atau stana para dewa-dewi, betara batari, dan roh suci leluhur. Hal ini lebih tegas juga diuraikan dalam Lontar Purana Dewa, Kesuma Dewa, Widhi Sastra, Wariga Catur Winasa Sari dan Jaya Purana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar